Metode Ilmiah
Kriteria Metode Ilmiah
Sumber: Dr. Alin Liana, S.Si., M.Sc., (2019), Biologi Umum (Sebuah Pengantar Ilmu Hayat), Jakarta Utara: Pustaka Media Guru.
Kriteria Metode Ilmiah. Metode ilmiah harus dikerjakan sesuai ketentuan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam metode ilmiah, meliputi:
Berdasarkan fakta
Seringkali ilmu pengetahuan berangkat dari mitos ataupun kebiasaan di masyarakat. Seorang pengamat tidak boleh serta merta mempercayai begitu saja. Itulah pentingnya melakukan pengamatan, untuk mendapatkan fakta‐fakta empirik di lapangan.
Bebas dari prasangka
Hasil pengamatan haruslah bisa diukur. Bukan berdasarkan prasangka pengamat. Sebagai contoh, untuk mengetahui tinggi suatu tanaman, seorang pengamat harus mengukur dengan menggunakan alat ukur tinggi. Bukan menebak‐nebak tinggi tanaman dengan menggunakan perkiraan (feeling).
Menggunakan prinsip‐prinsip analisis
Setiap kegiatan penelitian atau pengamatan selalu disertai dengan prinsip‐prinsip analisis yang jelas. Kalaupun jenis penelitian yang akan dilakukan belum pernah dilakukan sebelumnya, maka harus dilakukan optimasi terhadap prinsip‐prinsip analisis tersebut, sehingga tidak menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Menggunakan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, dikemukakan sebelum melakukan analisis terhadap objek penelitian. Hipotesis dibangun berdasarkan hasil observasi awal yang dipadukan dengan penelusuran pustaka tentang hasil‐hasil penelitian sebelumnya.
Menggunakan ukuran objektif
Semua jenis penelitian selalu bertolak dari objek penelitian. Sehingga metode‐metode yang dipilih pun harus sesuai dengan objek yang diteliti.
Menggunakan teknik kuantifikasi
Analisis statistik umumnya diperlukan untuk mengukur akurasi data penelitian. Namun tidak semua penelitian menggunakan teknik kuantifikasi. Dewasa ini, berbagai penelitian juga dapat dideskripsikan secara kualitatif.
Sejarah metode ilmiah
Aristoteles, seorang filsuf Yunani, diakui sebagai tokoh pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam mencari pengetahuan. Hal ini karena analisis mengenai implikasi logis yang diusulkannya terstruktur rapi dan berbeda dengan filsuf sebelumnya.
Ibnu al-Haitsam atau Alhazen merupakan ilmuwan Islam dari bidang sains, matematika, dan filsafat yang dianggap sebagai bapak metode ilmiah modern. Pendekatan yang dilakukan oleh Alhazen digunakan untuk menyelidiki fenomena, memeroleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya berdasarkan pengumpulan data. Pengumpulan data ini dilakukan melalui proses pengamatan dan pengukuran, dilanjutkan dengan perumusan dan pengujian hipotesis untuk menjelaskan data.
Pada abad ketujuh belas, Francis Bacon dan René Descartes, mencoba memberikan penjelasan rinci tentang bagaimana para ilmuwan harus melanjutkan pencarian pengetahuan. Meskipun ide yang ditawarkan dalam metode ilmiah khusus ini terlihat mudah untuk dilakukan, tetapi selama abad kedua puluh banyak filsuf dan tokoh lainnya menjadi skeptis tentang gagasan memberikan sesuatu seperti resep atau metode khusus untuk sains. Sains dianggap sebagai proses yang terlalu kreatif dan tidak dapat diprediksi sehingga tidak ada resep dan metode yang dapat menjelaskannya—hal ini terutama benar dalam kasus ilmuwan besar seperti Newton, Darwin, dan Einstein. Metode ilmiah dianggap sebagai jembatan atau strategi ilmiah yang menghubungkan teori logis yang bersifat abstrak dan panduan langkah yang terlalu sederhana. Kemudian muncul harapan bagaimana hubungan teori dengan dunia melalui strategi yang digeneralisasi tersebut.
Baca juga Kebenaran Ilmu Pengetahuan, Sifat Ilmu Pengetahuan, dan lain-lain.
Sumber sekunder: metode ilmiah
